Dalam buku barunya, Uskup Michael Curry, yang menyampaikan khotbah di Meghan Markle dan upacara pernikahan Pangeran Harry pada tahun 2018, menulis bahwa dia mendengar dan merasakan kehadiran hantu budak hari itu. Rakyat melaporkan bahwa dalam buku tersebut, Cinta adalah jalan, Curry menjelaskan bagaimana rasanya menjadi keturunan budak dan bagaimana rasanya berkhotbah di depan Ratu Elizabeth II.

Curry mengatakan bahwa dia merasakan hantu dan mendengarnya setelah khotbahnya, tetapi menambahkan bahwa itu bukanlah situasi yang menakutkan. Dia mengatakan bahwa dia bahkan menambahkan seorang budak spiritual ke dalam khotbahnya.

"Setelah saya berkhotbah, saya baru ingat rasanya seperti saya bisa merasakan budak di sekitar tempat itu," kata Curry. "Aku tidak bermaksud seram, tapi sepertinya suara mereka entah bagaimana terdengar hari itu. Saya memasukkan salah satu lagu mereka, 'Ada Balsem di Gilead.'"

Uskup Michael Curry

TERKAIT: Meghan Markle dan Gloria Steinem Telah Menelepon Pemilih AS dengan Dingin

click fraud protection

Dia menjelaskan lebih lanjut, mengatakan bahwa hantu adalah tanda harapan baginya, bukan hantu. Dia mengatakan bahwa tidak mungkin dia membayangkan bisa membawakan bagian dari lagu itu bersama ratu di antara penonton.

"Itu seperti suara mereka, salah satu lagu mereka, salah satu keturunan mereka ada di sana hari itu. Ratu sangat ramah," tambahnya. "Fakta bahwa semua terjadi, bagi saya, itu adalah tanda harapan. Ini adalah tanda harapan bahwa seseorang yang berasal dari orang-orang yang ditangkap dalam perdagangan budak, mungkin perdagangan budak Inggris, dibawa dari pantai Afrika Barat, ke pantai Amerika. Bahwa salah satu keturunan mereka berada di hadapan Ratu Inggris, dan dia mengutip salah satu lagu mereka. Itu harapan bahwa kita tidak harus seperti dulu."

hari pernikahan meghan harry

TERKAIT: Jessica Mulroney Mengatasi Rumor Bahwa Dia dan Meghan Markle Bertengkar

Selain hantu, Curry juga menulis tentang cinta sejati dan tulus yang dia lihat dan rasakan antara Meghan dan Harry. Bukan hanya penyatuan dua orang, katanya, tetapi penyatuan dua negara.

"Yang menonjol bagi saya adalah, ini adalah dua orang yang benar-benar saling mencintai," katanya. "Itu menyatukan dua negara, Inggris dan AS, tetapi menyatukan orang-orang dari seluruh dunia. Saya menyadari bahwa cinta dua orang untuk satu sama lain menyatukan, setidaknya untuk sesaat, dunia perbedaan. Dan saya pikir itu adalah perumpamaan tentang apa yang bisa dilakukan oleh cinta sejati."